UNDANGAN REUNI UNTUK PAK GURU



( Hermadi,  S.Pd )

Sampai didepan pintu pagar, langkahku terhenti sejenak. Kutatap rumah sederhana didepanku, rumah guruku. Rumah ini dulu akrab kusinggahi. Ternyata tak ada yang berubah. Selalu di cat warna putih, … warna kesayangan guruku. Tetapi kali ini warna itu kelihatan agak kelabu, .. warna putih yang bercampur debu. Rumah yang kukenal itu, … keadaannya sekarang bertambah kumuh. Bahkan seperti hampir runtuh.  Dulu masih kelihatan rapi, tembok masih kelihatan bersih, ..…tetapi kini seperti tak terawat lagi.

 

Halaman depan sedikit nampak berbeda. Tanaman hias yang dulu tidak ada, … kini subur menghiasi sudut pagar depan candela kamar. Tempat itu dulu kolam kecil untuk ikan lele … katanya bisa di panen setiap tiga minggu sekali, pengiritan,  lumayan buat lauk makan.

Sepi … sepi … rumah ini nampak sepi. Tembok retak disana-sini, … seakan rumah tak berpenghuni. Sementara disekitarnya sudah jauh berbeda. Disana-sini rumah sudah dibangun dan direnovasi.

Kulanjutkan langkahku …. Sampai didepan pintu … aku agak ragu mengetuknya. Dalam hati aku bertanya, … apakah betul masih rumah guruku … ? Kaca cendela yang kotor … selambu gordeyn yang sobek … daun pintu yang rusak, …. ? ….. apa betul ini rumah guruku…? Guru yang dulu mengajar aku … ? guru yang pantas digugu dan ditiru ….?

Aku masih ingat ketika guruku memaknai peribahasa “ Rajin pangkal pandai, hemat pangkal kaya, kenyang pangkal berak”. Ingat betul ketika mengajarkan setiap anak agar “mikul dhuwur mendhem jero” terhadap orang tua. Masih ingat lawakan-lawakannya didepan kelas. Masih ingat sisipan nasehat-nasehatnya disela-sela menyampaikan pelajaran.

Pak Guru, ….mungkin kamu sudah lupa padaku, … tetapi nasehatmu penuh makna. Mungkin nasehat itu yang membuat aku saat ini “sowan” pak guru. Nasehat itu yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang ditelingaku.

Guruku.
Kubandingkan dengan keadaanku saat ini. Rumah jauh lebih bagus. Alhamdulillah … mobil punya dan kubawa, keluarga sehat sejahtera tanpa kekurangan. Seketika itu ingat akan nasehat pak guru … “ Belajar yang rajin untuk masa depanmu “. Dan sekarang …. ? apa yang diinginkan pak guru tentang masa depan itu sudah ada padaku. Jauh berbeda dengan keadaanmu wahai guruku. Rumahmu kelihatan bagus dulu dari pada sekarang. Sungguh … diluar yang kubayangkan.

Namun disela-sela lamunanku, … aku kagum pada guruku. Kubayangkan pak guru masih tetap tegar dan asyik mengajar. Kubayangkan pak guru masih tetap semangat menasehati anak-anak untuk masa depan. Oooh … pak guru … kau perjuangkan nasib anak-anak orang … kadang anakmu sendiri terabaikan. Kau pernah beri ilmu padaku sementara kamu sendiri tak punya ilmu untuk menata ekonomimu. Tetapi kau ikhlas menjalani semua ini … meniti hari demi hari. Murid-muridmu silih berganti, … dan kau seakan berhenti dijalan ini … kesederhanaan yang abadi. Teringat olehku syair lagu ” pahlawan tanpa tanda jasa ” … dan tanpa kusadari … bibirku menyanyikan syair lagu itu. Baru berhenti ketika tiba-tiba seorang ibu membuka pintu. Ooh … tidak salah … ini isteri guruku.

UNDANGAN REUNI yang ada ditasku segera kuambil dan kuberikan dengan penuh rasa hormat pada ibu itu, … isteri guruku, … ternyata memang sudah lupa padaku. Parasnya tidak jauh berubah, tetapi lebih cantik paras isteriku.

Pak guru, …. sampai kapanpun aku menghormatimu. Kadang aku berpikir, … kehidupanmu tidak sebanding dengan ilmumu. Nasehatmu memang terngiang-ngiang di telingaku, … tetapi kehidupanmu merupakan bayang-bayang yang menakutiku. Salam hormatku untuk pak guru. Yaa Allah .. beri rahmat dan hidayah kepada semua bapak ibu guruku. Amin.

( Cerita ini ditulis dari curahan hati salah seorang murid tahun pelajaran 1989/1990 pada penulis 3 tahun yang lalu, …. dan ketika itu guru belum mendapat tunjangan profesi )

Terima kasih kepada Pemerintah yang telah memberikan tunjangan profesi guru. Semoga kehidupan keluarga bapak/ibu guru bisa sejahtera dan lebih maju. Di pundakmu terbeban pertanyaan bagaimana supaya pendidikan bisa lebih maju. Jawabannya adalah pekerjaanmu.

===hmd===

Dipublikasi di Uncategorized | 2 Komentar

CAMPURSARI DIDI KEMPOT


Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

My Slide Show!


Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

MATERI UJIAN PRAKTIK BAHASA JAWA SMP ( 2 )


SESORAH

TANGGAP WACANA PAMBUKA MENGETI MAULID NABI

Assalamu’alaikum wr. wb.

Para sesepuh pinisepuh, alim ulama, kaum muslimin wal muslimat, mukminin wal mukminat rokhimatulallah.

Saderengipun kula matur ingkang kathah, sumangga kula dherekaken sesarengan ngaturaken puja lan puji syukur wonten ngarsanipun Gusti Allah SWT , dene kula panjenengan sami taksih pinaringan bagas waras, rahmat saha hidayah, saengga saged sesarengan kempal wonten ing Masjid Darussallam mriki, saperlu ngawontenaken pengetan agung, Miyosipun Nabi Agung junjungan kita sadaya, Muhammad SAW, ingkang tansah kita entosi syafa’atipun ing dinten yaumil qiyamat mangke.

Ing dalu punika tanggal 26 Pebruari 2010, utawi tanggal 12 Robiulawal 1431, sadaya umat Islam kabikak manahipun,  kadhodhog jiwanipun,  kagugah badanipun,  saperlu ngaji lan mengeti    ( ngaji dari kata meng “ kaji “ ) Miyosipun Kanjeng Nabi Muhammad SAW, utawi ingkang limrah dipun sebat Maulid Nabi Muhammad SAW, Rosulullah junjungan kita sadaya.

Kula minangka ketua panitia pengetan Maulid Nabi ing Masjid mriki, ngaturaken sugeng rawuh dhumateng jamaah sadaya, ingkang sampun nglonggaraken wekdal ngrawuhi pengetan ing dalu punika, mugiya pikantuk syafa’at saking Kanjeng Nabi, lan Gusti Allah SWT  tansah ngluberaken rahmat saha hidayah Ipun dhumateng kita sadaya, paring ganjaran swarga kangge gesang  kita wonten ing alam akhirat mangke,  Amin … Allahuma … amin.

Boten langkung kula ugi ngaturaken panuwun dhumateng mudha-mudhi Masjid Darussalam mriki, ingkang sampun nyengkuyung lan nyawisaken sadayanipun, murih regengipun pengetan Maulid Nabi  ing dalu punika. Mugi-mugi Gusti Allah SWT maringi pepulih ganjaran samurwatipun.

Wondene ular-ular hikmah ingkang mujudaken inti saking pengetan Maulid Nabi ing dalu punika mangke,  badhe dipun wedharaken dening Bapak Kyai H. Sholehudin saking Pemalang. Panyuwun kula mugiya ular-ular punika saged mupangati tumrap kita sadaya,  nambah ke Imanan saha ke Taqwaan dhumateng Gusti Allah SWT.

Kula kinten menggah atur pambuka punika kula cekapi semanten kemawon, …lan salajengipun pengetan Maulid Nabi ing dalu punika sumangga kita bikak kanthi waosan  “ Bhasmallah “ …..Bhismillahir rohmanir rohim….Matur nuwun.

Akhirul khalam bilahit taufik wal hidayah wassalamu’alaikum wr. wb.

=====hermadi=====

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

BETAPA MULIANYA HATI SEORANG IBU



( Hermadi, S.Pd )

” Bangun nak,.. Sarapanmu sudah ibu siapkan di meja.”
Tradisi ini sudah berlangsung sekian tahun sejak pertama kali aku bisa mengingat. Dan kebiasaan ibuku tidak pernah berubah.

” Ibu sayang… tidak usah repot-repot bu, aku sudah dewasa. Aku sudah bisa mengambil sendiri ”  pintaku pada ibu pada suatu pagi. Dan wajah tuanya pun langsung berubah.

Ketika telah selesai Ibu mengajak aku dan adikku makan siang di meja makan, Buru-buru kukemasi semuanya, piring, panci sayur, garpu, cucian, dan lain-lain.  Ingin kubalas jasa ibuku selama ini dengan tenaga dan keringatku. Spontan raut wajah sedih ibu tak bisa disembunyikan.

Aku bertanya-tanya dalam hati, kenapa ibu mudah sekali sedih ? Aku hanya bisa mereka-reka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami perasaan seorang ibu, ibuku sendiri.  Teringat dari sebuah artikel yang kubaca, orang yang lanjut usia bisa sangat sensitive dan cenderung untuk bersikap ke kanak-kanakan. Tetapi entahlah… yang jelas, niatku ingin membahagiakan ibuku, malah membuat ibu menjadi sedih. Seperti biasa, ibu tidak akan pernah mengatakan apa-apa.

Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya ” Bu, .. maafkan aku kalau telah menyakiti perasaan ibu. Sebetulnya apa yang membuat ibu sedih? “,  Kutatap sudut-sudut mata ibuku, ada genangan air mata di sana. Terbata-bata ibu menjawab : ” Ibu sadar nak, dan merasa bahwa kamu berdua tidak lagi membutuhkan ibu. Kamu sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri.  Ibu tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kamu, ibu tidak bisa lagi memberi jajanan untuk kamu. Ibu tidak boleh lagi menata tempat tidurmu, … semua sudah bisa kamu lakukan sendiri “

Ah, Ya Allah, untuk sejenak aku tidak bisa berkata apa-apa. Ternyata buat seorang Ibu.. bersusah payah melayani putra-putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Meski putra-putrinya sudah dewasa sekalipun. Satu hal yang tak pernah kusadari sebelumnya.  Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih.

Terhadap kedua orang tua, kadang kita tidak pernah membuka diri berusaha untuk mengetahui arti kebahagiaan yang sesungguhnya. Kita melihat kebahagiaan dari sudut pandang kita masing-masing.

Pantas saja aku sering melihat, seorang ibu yang sibuk bekerja menyiapkan ini itu, bahkan kadang tidak segan-segan mencuci piring dan menyapu, demi untuk melayani putra-putrinya. Semua akhlas dia kerjakan, tanpa membutuhkan upah dan pujian. Meski ia sendiri tahu, anak-anaknya sudah dewasa dan sudah bisa mengerjakan sendiri.

Diam-diam aku termenung, bertanya-tanya dalam hati, apa yang dapat kupersembahkan untuk ibuku dalam usianya dan usiaku sekarang ? Adakah ibu bahagia dan bangga pada putra-putrinyanya ? Aku dan adikku ?

Ketika suatu saat kutanyakan pada ibuku tentang kebahagiaan itu, Ibu menjawab : ” Banyak sekali nak,  kamu berdua memberi kebahagiaan pada ibu. Kamu tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kamu berprestasi di sekolah adalah kebanggaan. Setelah dewasa, kamu berprilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba Allah, itu juga kebahagiaan buat ibu. Ibu memelihara kalian sejak kecil, dan sekarang kalian berusaha untuk membalas membahagiakan ibu, itu adalah suatu kebahagiaan. Setiap kali binar mata kalian mengisyaratkan kebahagiaan di situlah letak kebahagiaan orang tua.”

Lagi-lagi aku hanya bisa mengucap dalam hati,  “Ampunkan aku ya Allah, kalau selama
ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada ibuku. Terlalu banyak alasan yang kusampaikan ketika ibu menginginkan sesuatu.” Betapa mulianya hati seorang ibu. Melalui liku-liku perjalanan hidupnya, seorang ibu masih tetap ingin berbuat banyak untuk kebahagiaan anak-anaknya. Betapa tepat Nabi Muhammad SAW mengisyaratkan kepada kita,  bahwa syurga terletak ditelapak kaki seorang ibu.

Aku merasa, ibuku seorang yang idealis, menata keluarga, merawat dan mendidik anak-anak, adalah hak prerogatifnya yang takkan pernah dilimpahkan kepada siapapun. Ah, maafkan kami ibu, selama lebih kurang 18 jam setiap hari, ibu seakan sebagai ” pekerja ” yang tak pernah mendapat upah. Dan juga tidak pernah mengenal lelah. Sanggupkah aku membahagiakan ibuku ya Allah ?

” Bangun nak.. sarapannya sudah ibu siapkan di meja.. ”
Kali ini aku segera melompat,  kubuka pintu kamar dan kudekap erat-erat kurangkul ibuku sehangat mungkin.  Kuciumi pipinya yang mulai keriput, kutatap matanya yang mulai redup, kubisikkan ditelinganya lekat-lekat dan kuucapkan.. ” Terimakasih ibu, aku beruntung sekali memiliki ibu yang baik hati, ijinkan aku membahagiakan ibu “. Kulihat binar itu memancarkan kebahagiaan.

Aku ini milikmu, ibu. Aku masih sangat membutuhkanmu.. maafkan kami yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat ibu.

Tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat “Aku sayang padamu”. Namun begitu, Allah menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita punya kepada orang yang kita cintai dengan perlakuan yang bisa kita lakukan. Dan .. aku sudah melakukan, kupeluk erat-erat ibuku. Tanpa disadari, air mata kamipun berlinang.

Ya Allah, cintailah ibuku, cintailah ayahku, karena mereka mencintaiku dengan seluruh hidupnya. Beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan ayahku. Dan jika tiba saatnya nanti satu persatu Kau panggil, terimalah dan jagalah mereka disisiMu.  Ya Allah, … titip ibu dan ayahku.  Ampuni dosa-dosanya, sebagaimana mereka tidak pernah mengingat kesalahan-kesalahanku.  Juga ampuni dosa-dosaku.

” ROBBIGHFIRLII WALIWAALIDAYYA WARHAMHUMAA KAMAA ROBBAYAANII SHOGHIIROO “

Artinya dalam Bahasa Indonesia :

“ Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil ”

Yaa … Allah, hanya kepadaMU kami menyembah, dan hanya kepadaMu kami menyerahkan hidupku.

رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَاحَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَاالنَّارِ

“ Robbana atinna fii dunya khasanah wa fil akhiroti khasanah waqinna adzabannar  “

“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.  Amin.

Dipublikasi di Uncategorized | 2 Komentar

MARILAH BERPIKIR POSITIF


( Hermadi, S.Pd )

Assalamu’alaikum wr. wb.

Betapa sering kita terbelenggu oleh pikiran yang negatif. Pikiran yang selalu membawa kita pada kondisi yang tidak nyaman. Berawal dari membanding-bandingkan orang sampai dengan membanding-bandingkan kekayaan. Berawal dari membanding-bandingkan keadaan sampai dengan membanding-bandingkan kedudukan. Mulai dari menilai sipat dan sikap kawan sampai dengan mencari kelemahan dan kesalahan. Mulai dari memojokkan kawan sampai dengan menghantam dan mematikan. Dan pada giliran yang terakhir, pikiran lelah, resah dan gelisah, buntu mencari jalan keluar.

Kuatnya rasa curiga membuat prasangka yang bukan-bukan. Apalagi kalau nasib baik sedang tidak berpihak kepada kita. Penasaran yang memuncak didorong hati yang kecewa membuat segan dan malas berpikir secara sehat. Kebiasaan berpikir negatif siang dan malam membuat tertawapun nyaris tak ada. Kalau toh tertawa itupun karena terpaksa. Padahal tertawa itu sehat dan menyehatkan. Alangkah menderitanya kita ..?

Memang biasanya disela-sela itu ada suara-suara yang mengajak kita untuk merobah pola pikir yang lebih baik. Tetapi seolah berpikir negatif itu sudah merupakan reaksi tradisi dari “ hasil pikir “ apa yang kita ketahui dan alami sehari-hari. Kejadian yang menimpa kita anggap pahit dan menyiksa hati. Sedikit demi sedikit, tetapi pasti, rasa iba dan rendah diri menyelinap masuk ke sanubari, membentuk rasa kecewa dan sakit hati. Akal sehat tidak selalu dapat ditampilkan untuk menangkal dan menangkis penyakit kronis si “ sakit hati “. Bila kondisi sudah begini, maka inilah penderitaan !!! inilah kesengsaraan !!!

Apalagi jika kita membandingkan dan menganggap hidup kita dibawah orang yang sederajat dan seangkatan. Maka meratapi nasib dan nasib menjadi kebiasaan yang tak mudah sirna.  Bahkan  pertanyaan yang menggema dan tidak terhindarkan adalah … Yaa Allah .. dimanakah letak kebahagiaan ?

Padahal … apakah betul begitu? Apakah betul kita sengsara dan menderita ?

Jawabnya adalah TIDAK !!!

Kita bisa merasa bahagia … mengapa pilih merasa sengsara ..?

Kita bisa merasa senang hati … mengapa pilih yang sakit hati .. ?

Bahagia dan sengsara, senang dan sakit, semua tergantung dari pola pikir yang kita jalankan. Mau terus berpikir negatif, atau berpikir positif.

Cobalah kita renungkan !!!

Mengapa pikiran negatif sepanjang hari sangat kuat mencengkeram otak kita sehingga sulit menjalankan pola pikir yang positif ..? Manakala kita sadar dan berniat untuk berubah, mengapa itu sulit dilakukan ..? Benarkah otak kita telah di-setting untuk mengedepankan kecurigaan yang berbuntut was-was terhadap segala bentuk perubahan dan kejadian ?

Berpikir negatif tidak akan menghasilkan buah yang positif. Kita tidak mendapatkan manfaat apapun dari pola pikir yang negatif. Bahkan kita dapat menderita penyakit yang ngeri sekali, yaitu mengidap “ penyakit rohani dan jasmani “. Kalau sudah begini, maka peluang untuk merasakan hidup senang menjadi sempit sekali. Penderitaan yang kita alami menjadi penderitaan abadi karena tak mudah di obati.

Tanpa disadari mudah sekali terperangkap dengan aneka pikiran yang negatif. Sering kita tak kuasa menolaknya untuk hadir. Saat kondisi tertentu, pikiran negatif tiba-tiba menyusup masuk ke dalam pikiran kita. Dan baru sadar setelah beberapa saat kemudian. Pikiran negatif membuahkan rasa iba diri sendiri dan rasa iri pada orang lain. Pikiran negatif terjadi karena kita tidak mau, atau bahkan malu untuk menerima kenyataan yang ada. Kita selalu beranggapan orang lain lebih baik, lebih enak, lebih kaya, lebih sejahtera, lebih sukses, dan lain-lain. Yaah semua yang lebih ada pada orang lain, sementara semua yang kurang kita anggap selalu ada pada kita. Pikiran negatif yang ada pada diri kita biasanya bisa terjadi karena pendidikan ( dari orang tua ), karena kurangnya pengetahuan, dan bisa terjadi karena pengalaman. Pengalaman yang buruk membuat kita takut bangkit maju kedepan. Kegagalan membuat takut untuk mengalami kegagalan yang sama. Pikiran negatif bisa membuat kita kecanduan. Jika terus terbiasa dengan pikiran negatif, maka kita kecanduan membutuhkannya. Akibatnya segala hal akan mudah kita lihat dari kacamata negatif.

Kita terjebak dalam pikiran negatif dan sulit keluar karena biasa memilihnya menjadi pikiran yang paling nyaman berada di otak kita. Keburukan lebih mudah kita temukan dibanding kebaikan. Apalagi memilih pikiran positif kerap melahirkan tanggung jawab yang tidak ringan, sedangkan memilih pikiran negatif tidak sama sekali.. Saat kita sadar bahwa suatu pekerjaan memerlukan kesungguhan dan kerja keras, kita jadi enggan untuk melakukannya. Dan berbagai pernyataan negatif—sebagai perwujudan pikiran negatif—mudah keluar dari mulut kita. Padahal semua itu karena kita enggan dan malas untuk mengerjakan. Berarti kita lari dari tanggung jawab!

Kita punya kebebasan untuk memilih pikiran apa yang akan kita pasang di otak kita. Mari mulailah menerima dan melaksanakan tanggung jawab atas hidup kita. Berusahalah untuk berpikir positif.
Kalau kita saat ini sedang sedih, hal itu karena kita pikiran kita sendiri yang membuatnya sedih. Jika ada masalah yang tengah menghadang, kita harus bisa bertanggung jawab untuk menyelesaikannya, dengan pikiran positif. Jika seseorang membutuhkan bantuan, maka kita berkewajiban membantunya. Sebaliknya jika kita memerlukan bantuan, maka kita cari kawan yang bisa membantunya. Kalau kita ingin mempunyai kawan, maka harus pandai menarik dan mengundang mereka agar nyaman bersama kita. Kalau kita benci dengan keadaan saat ini yang penuh kekurangan, maka kita harus segera berbuat untuk mengakhirinya. Sebab, sukses tidak datang begitu saja pada diri kita, tanpa kita sendiri yang mengusahakannya.  Mengeluh adalah bentuk penolakan tanggung jawab. Dan sikap menyalahkan orang  lain hanyalah cara lain untuk menjauhkan dari tanggung jawab. Terimalah apa adanya.
Marilah dan mulailah  berpikir positip. Sebab berpikir positif jauh lebih nikmat dan bermanfaat. Disamping senantiasa bersyukur pada Illahi juga dapat menikmati nikmatnya hidup ini. Syukurilah  keadaan yang ada pada diri kita. Sebab hal itu membuat kita lega bernafas dan lapang dada. Penyakit kronis “ iri “ dan “ sakit hati “ jangan biarkan nenyelinap dilubuk hati. Singkirkan dengan ketaqwaan dan keimanan.

Bila di waktu mendatang kita terjebak dalam pikiran negatif, STOP dan tanyakan pada diri sendiri, apakah ingin menghindar dari tanggung jawab atas kenyataan yang terjadi, atau menerima tanggung jawab untuk berjuang dan mengatasi. Keputusan ada pada diri kita sendiri. ingin terjerumus kedalam jurang “ sakit hati “, atau ingin terbang hinggap di “ senang hati “ yang membawa kita merasakan nikmatnya hidup ini. Dengan senang hati ( bersyukur ) berarti kita sudah bertindak untuk mengubah kehidupan menjadi lebih baik.

Mari dengan akal budi dan nurani, kita gunakan pikiran ini untuk bertanggung jawab membawa  kita pada hidup yang sejahtera dan lapang hati. Mudah-mudahan Allah SWT melimpahkan rasa sabar, nikmat, dan puas hati  dalam kehidupan kita sehari-hari,  sehingga kita tidak menjadi umatNya yang menderita sakit jasmani dan sakit rohani. Amin

Wassalmu’alaikum wr. wb.

Baca lebih lanjut

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

MAJULAH GURU!!! JANGAN SAMPAI DIGUYU DAN DISARU


MAJULAH GURU !!! JANGAN SAMPAI DIGUYU DAN DISARU

( Hermadi, S.Pd )

( Diguyu = ditertawakan, disaru = dicela )

Akhir-akhir ini banyak sorotan masyarakat yang ditujukan kepada guru. Menurut pengamatan penulis  kalau tidak salah sejak digulirkannya Sertifikasi Guru,  yaitu guru yang menerima tambahan intensif 1 kali gaji pokok setiap bulan. Dan ini sudah berjalan sejak tahun 2008. Semula gaji guru pas-pasan sekarang menjadi lebih tinggi dibanding penghasilan pegawai negeri lainnya. Padahal insentif tersebut tidak serta merta melekat pada guru, melainkan  penghargaan Pemerintah yang diberikan kepada guru, yang dianggap  profesioanal dalam tugas kependidikan. Penghargaan tersdebut diberikan kepada guru yang memiliki :

  1. Sertifikat Pendidik
  2. Melaksanakan Pembelajaran minimal 24 jam tatap muka / minggu
  3. Mengajar mata pelajaran yang relevan dengan setifikatnya

Sertifikasi Guru  tersebut  kontan saja sedikit banyak menimbulkan rasa iri pada jajaran pegawai negeri yang lain. Pasalnya mereka menerima gaji sesuai apa adanya, plus tunjangan, tanpa ada tambahan yang lainnya. Kenaikan pangkat dan golongan diberlakukan regular 4 tahun sekali, sementara bagi guru kenaikan pangkat  dan golongan diberikan berdasarkan Penilaian Angka Kredit ( PAK ).  Dengan adanya PAK memungkinkan guru naik pangkat paling cepat 4 semester, paling lama 5 semester ( 2,5 tahun ). Kenaikan pangkat dan golongan bagi guru melaju cepat, mengalahkan pegawai yang lain. Bagi guru yang baru diangkat ( S1 = III/A ) untuk mencapai pangkat dan golongan Pembina, IV/A  hanya perlu waktu 10 s.d 12 tahun masa kerja, sedangkan bagi pegawai yang lain memerlukan waktu 20 tahun. Di jajaran pendidik yang menduduki pangkat/golongan Pembina/IV/A tidak terhitung banyaknya. Dan seandainya dengan persyaratan yang sama bisa naik pangkat terus,  maka  akan banyak nanti guru pensiun dengan golongan IV/E.

Wajar saja jika kemudian  perguruan tinggi untuk kependidikan yang tadinya kurang diminati lulusan SMA/SMK, kini bagai magnit memiliki daya tarik kuat sekali untuk diminati lulusan tersebut. Lulusan SMA/SMK saling berminat menjadi guru masuk pada bidang ilmu pendidikan yang mungkin bakat dan karakternya tidak cocok menjadi guru. bahkan yang sudah “ sarjana “  pun berbondong-bondong mencari Akta 4 untuk dapat menjadi guru. Atau kalau tidak Akta 4 ya mencari jalan/peluang ( PPG ) untuk menjadi guru.

Hal ini disebabkan semakin sulitnya mencari pekerjaan sesuai dengan jurusan yang ditekuninya. Apalagi sejak diterapkannya otonomi daerah. Bagi sarjana non pendidikan yang diderahnya tidak ada kuota, mau tidak mau harus mengikuti seleksi CPNS pusat. Disamping saingannya cukup berat harus bersedia ditempatkan dimana saja diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sementara sekarang banyak sarjana yang semakin cengeng, inginnya bekerja di sekitar daerahnya sendiri.

Rasanya masyarakat menjatuhkan penilaian kurang adil terhadap profil seorang guru. Orang mengira tuntutan pendidikan masa lalu dengan sekarang sama. Oleh karenanya juga mengira kalau pekerjaan guru dulu dan sekarang juga sama,  ringan-ringan saja. Mengajar, menyuruh mencatat, memberi tugas, menarik uang, dan lain-lain … yaah pokoknya yang ringan dan mudah dikerjakan. Kemajuan siswa dalam mengetahui/menguasai bidang  teknologi tidak dikaitkan dengan keberhasilan pendidikan, melainkan dikaitkan dengan keadaan yang kata mereka memang seharusnya begitu. Tetapi jika ada peserta didik yang berbuat tidak terpuji karena  terkena dampak negatife penggunaan tehnologi maju, kesalahan dialamatkan pada sekolah, terutama guru-gurunya. Kesadaran akan tanggung jawab sama-sama mendidik nyaris tidak mereka miliki. Orangtua jarang yang peduli. Yang penting anak sudah sekolah ya sudah ….dan orangtua tidak merasa bersalah.

Dengan adanya sertifikasi guru banyak yang berkomentar sekarang mendengarkan lagu “ Hymne Guru “ tidak ada makna dan magnitnya sama sekali. Kalau dulu begitu mendengar lagu itu hati jadi terharu dan langsung bisa menangis. Tetapi sekarang mendengar lagu itu biasa-biasa saja, tidak tersentuh sama sekali. Toh guru bukan lagi “ Pahlawan Tanpa Tanda Jasa “  tapi diubah  “ Pegawai Terus Tambah Jaya “  Amiiin.

Masyarakat mungkin belum banyak yang tahu, kalau tuntutan pendidikan dulu dan sekarang sudah jauh berbeda. Sekarang sudah tidak jamannya lagi guru yang statis seperti dulu,  ibarat air es yang tetap tenang tanpa bergeming walaupun ada gelombang perkembangan dan kemajuan jaman. Apa yang didapat dari ilmu pendidikan guru dibawa terus tanpa ada pengembangan yang berarti. Meski guru dianggap sumber ilmu, tetapi orang mengira guru tidak mampu menghadapi tantangan perkembangan ilmu/teknologi yang terbaru. Gambaran guru yang mengajar menggunakan computer, Laptop, ( multi media  ) jauh dari angan-angan mereka. Apalagi untuk sekolah yang masih dasar ( SD, SMP ). Menggunakan Komputer tahunya kalau kerja administrasi, dan  hanya didapat kalau kursus diluar. Masyarakat tidak tahu kalau komputer, Laptop sudah menjadi sarana  belajar bagi setiap siswa.

Sekarang menjadi seorang guru tidak mudah seperti dulu. Guru dituntut lebih maju. Sesuai dengan tuntutan jaman, setiap guru harus bisa mengembangkan ilmu. pengetahuan, baik untuk kepentingan mengajar, maupun untuk kepentingan standard profesionalismenya ( Standar Kompetensi Guru ).  Tidak ada lagi  guru yang apriori terhadap tuntutan pendidikan. Tidak ada lagi guru yang gagap  ilmu pengetahuan dan teknologi.  Tidak ada lagi guru yang tidak bisa menggunakan komputer.  Tidak ada lagi guru yang tidak bersentuhan dengan  alat pembelajaran multimedia.  Baik yang berupa Laptop, LCD, Internet, dll. Tidak ada lagi guru yang berkata : “  Aaah sudahlah … aku tidak tahu  … toh itu bukan urusanku, bukan ilmu yang harus ku kuasai … tidak tahupun juga tidak apa-apa “.

Guru!!!  Meski tidak gila hormat, tetapi jadilah terhormat di masyarakat …? Kalau kita menyimak wacana “ guru “  yang ada di negara tetangga kita Malaysia, disana guru mendapat kedudukan yang terhormat. Sama seperti kedudukan pembesar atau pejabat didaerahnya. Kalau disini lagu-lagu pujian untuk guru sangat terbatas, hanya 2 buah lagu, yaitu,  Lagu Untuk Guru dan Hymne Guru, di Malaysia lebih dari 10  buah lagu pujian untuk guru.  Siswa-siswi dalam memperlakukan guru sama seperti layaknya meperlakukan ayah dan ibu. Begitu khusyu’ dalam mendengarkan dan mengindahkan ajaran serta nasehatnya.  Setiap siswa meneteskan air mata ketika membawakan lagu atau puisi yang syairnya berisi pujian untuk guru.  Sepuluh tahun yang lalu gaji guru ( pangkat dan masa kerja disamakan ) di Malaysia satu bulan kurang lebih  1.200 Ringgit ( Rp. 3.120.000,- )  Di sini pada waktu itu kurang lebih Rp. 914.000,-  Selisih Rp. 2.206.000,-  Untuk Petugas Kantor ( pegawai yang lain ) penghasilan satu bulan  kurang lebih : 900 ringgit ( Rp. 2.430.000,- ). Ternyata di Malaysia gaji guru memang lebih tinggi dibanding pegawai yang lain.

Bagaimanakah kedudukan dan kehidupan guru dimasa lalu .. ?

Di  masyarakat kita kedudukan guru memang cukup terhormat.  Tetapi kebanyakan mereka mengidolakan  guru itu haruslah sosok yang sederhana.  Baik sederhana dalam prilaku penampilannya,  maupun sederhana dalam prilaku ekonominya.  Kesederhanaannya haruslah menjadi contoh bagi golongan masyarakat yang sederhana pula.  Sementara masyarakat sudah mengalami kemajuan dan peningkatan, guru haruslah tetap tinggal disitu. Tanpa tersentuh tangan-tangan yang berwenang mengurus kesejahteraan. Yang menyedihkan banyak guru yang pandai merekayasa ilmu.  Dengan ungkapan “ Rajin pangkal pandai “, “ hemat pangkal kaya “, mewajibkan peserta didik menabung uang setiap harinya. Uang tabungan tersebut  digunakan untuk menutup kekurangan uang belanja. Pada gilirannya saat kenaikan kelas uang  harus dibagikan banyak guru kebingungan mencari pinjaman uang di bank-bank amatiran.  Gaji yang didapat tidak cukup dibelanjakan untuk makan satu bulan. Guru yang digambarkan dalam lagu ” Umar Bakri ”  melekat dalam kehidupan guru sehari-hari.

TUGAS MENGAJAR

Dalam melaksanakan pembelajaran  tatap muka didalam kelas,  guru harus melakukan persiapan terlebih dahulu, yakni, pertama persiapan materi yang akan di ajarkan, kedua persiapan terhadap situasi yang akan dimasuki, dan yang ketiga, persiapan terhadap siswa yang akan dihadapi.

    1. Persiapan dalam tujuan umum pembelajaran
      Guru harus mengetahui dan menguasai tujuan pembelajaran dari materi yang akan disampaikan.
    2. Persiapan tentang bahan pelajaran yang akan diajarkan.
      Guru harus siap dengan rencana pengajaran (RPP).
    3. Persiapan tentang metode mengajar yang akan digunakan dalam mengajar.
      Contoh metode mengajar seperti, demonstrasi, tanya jawab atau diskusi, Role Play, dan lain-lain.
    4. Persiapan dalam penggunaan alat-alat peraga.
      Guru wajib menggunakan alat peraga atau media untuk meningkatkan kualitas pengajaran. Alat peraga atau media yang digunakan harus tepat guna.

Aktivitas ini merupakan usaha sadar untuk merangsang berkembangnya aspek kognitif, afektif dan psikomotoris para peserta didik secara maksimal. Untuk memaksimalkan tugas dan peran tersebut, seorang guru harus memiliki kepribadian sejati dan kecakapan profesi.  Kepribadian sejati sang guru didukung mentalitas, moralitas dan spiritualitas yang kuat. Memiliki mentalitas pribadi yang kuat, karena harus bersikap jujur, menghargai nilai-nilai kehidupan, memegang teguh komitmen serta selalu meyakini bahwa kehidupan menyediakan segala sesuatu yang baik. Sedangkan kecakapan profesi ditentukan oleh kemampuannya dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat diterima oleh peserta didik.  Dalam hal kemampuannya meyampaikan materi pelajaran diukur dengan :

a. Tepatnya menetukan penggunaan metode mengajar

b. Dapat menguasai atau mengelola kelas dengan baik

c. Keberhasilan peserta didik yang dilihat dari hasil evaluasi

Bersambung …

Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar

FALSAFAH TIYANG JAWI


( Hermadi, S.Pd )

1. FALSAFAH ( PANDANGAN HIDUP ) punika  menawi  dipun  tegesi  mawi  pangertosan  Jawi tegesipun kirang langkung   “ Pandom panutan  gambaraning ngagesang “.

2. Orang Jawa ( TIYANG JAWI )  punika  tiyang  ingkang  mapan  utawi  asal saking tanah jawi, inggih  punika wewengkon ingkang  kala rumiyin kaiket dening pranatan lan kabudayan kraton ingkang mapan ing tanah Jawi.

Tiyang Jawi kawentar golonganing bebrayan agung ingkang nggadhahi falsafah lan unggah-ungguh ingkang alus lan jangkep. Sadaya tingkah laku saha tata basa mujudaken asil pangolahing kabudayan ingkang sampun sampurna. Pramila mboten klentu menawi kabudayan Jawi kondhang kanthi tetembungan “ Kabudayan ingkang Adi Luhung “ ( Kebudayaan yang indah, bermakna, terdepan, unggul dan terpuji ). Kebak ing tata krama, ingkang mawujud kanthi basa lan pakarti utama. Gegambaraning tingkah laku tandang tanduk kathah ingkang dipun warisaken turun tumurun kanthi  awujud unen-unen, paribasan, bebasan, lan saloka.

Sesrawungan kaliyan tiyang jawi mboten wonten ingkang mboten remen, Temtu kathah remenipun. Sebab tiyang Jawi punika kondhang pinter damel remen manahipun tiyang sanes. Wonten ing salebeting manah saged ugi mboten remen, nanging praupan, polatan, lan tata basa tetep dipun damel remen lan nyengsemaken. Ngadhepi tiyang sinten kemawon, senajan mboten remen kaliyan tiang kalawau, nanging tiyang jawi tetep saged ngadhepi kanthi ulat manis. Benten kaliyan golonganing masyarakat sanes, ingkang wantah punapa wontenipun. Menawi boten remen ugi dipun adhepi kanthi polatan suntrut, kosok wangsulipun menawi remen ugi dipun adhepi kanthi polatan manis. Nanging menawi tiyang jawi saged manjing “ ajur ajer “, liripun dipun ajak punapa kemawon purun senajan congkah kaliyan manahipun.

Gampil caranipun menawi badhe sesrawungan kaliyan tiyang Jawi. Nyinau bab pranataning ngagesang ugi gampil. Wulang wuruk ingkang awujud unen-unen lan sesanti tumrap tiyang jawi tansah dipun pepundi lan dipun ugemi. Pramila boten aneh menawi pakartinipun jumbuh kaliyan unen-unenipun.

Jagading pamulangan lan pitutur ingkang awujud unen-unen, Bebasan, Paribasan, Isbat lan Saloka, ngemot kawruh ingkah limpad ing babagan watak lan budi pakarti. Kados upaminipun wonten ing tetembungan :

  1. “ Aja mung waton ngomong, nanging ngomonga nganggo waton “. ( Jangan asal bicara, tetapi bicaralah pakai dasar )
  2. ” Aja rumangsa bisa nanging bisaa rumangsa “ (jangan merasa bisa, tapi bisalah merasa atau menggunakan perasaan).
  3. ” Sepuh sepa, tuwa tuwas “ ( tua hambar atau tidak memiliki rasa lagi atau orang tua yang sia-sia dan tidak berharga )
  4. ” Bandha bisa lunga, pangkat bisa oncat, bojo ( ayu ) bisa melayu “ ( harta dapat pergi, jabatan dapat hilang, istri cantik bisa pergi, yang bermakna segala apa yang dimiliki bisa hilang kapan saja).
  5. “ Wani ngalah luhur wekasane “ ( Siapa yang mau mengalah nantinya akan mendapat kemenangan )
  6. “  Aja nggege mangsa ndhisiki kersane sing gawe urip “ (  Tidak perlu menempuh jalan pintas,  kalau tiba waktunya  akan terlaksana juga, serahkan pada Allah SWT  )
  7. “  Sapa temen tinemu  “ ( Siapa yang tekun mencari nanti akan mendapatkan )
  8. “  Durung besus kaselak becus “ (  Belum belajar sudah berlagak merasa pandai )
  9. “ Tuna sathak bathi sanak “ (  Rugi sedikit tidak mengapa asal dapat menambah persaudaraan )
  10. “  Ing ngarsa asung tuladha, ing madya ambangun karsa, tut wuri handayani  “ ( Jika didepan harus memberi contoh, jika ditengah harus memberi semangat, jika dibelakang harus memberi kekuatan atau dorongan )

Kirang langkung makaten  kawruh sapala babagan  “ FALSAFAH TIYANG JAWI  “      Pranyata Kabudayaan Nasional punika kathah ingkang dipun anggit saking adat istiadat lan “ Falsafah  Tiyang                          Jawi “.   Nuwun.

Dipublikasi di Uncategorized | 3 Komentar

SALAH SATU KONSEP MEMBIMBING ANAK


( Hermadi, S.Pd )

Setiap orangtua tentu mempunyai keinginan yang sama terhadap anak-anaknya, yaitu supaya berhasil dalam sekolahnya dan dikemudian hari mendapatkan pekerjaan yang memadai. Tidak hanya itu, tetapi juga mempunyai tingkat penghidupan yang melebihi orangtuanya. Baik dalam hal martabat maupun juga status social ekonominya. Namun harapan itu tentulah tidak mudah terlaksana mengingat banyak faktor yang mempengaruhi perjalanan pendidikannya. Untuk memudahkan si anak mengerti tentang tugas dan kewajibannya sebagai seorang anak dan juga sebagai seorang pelajar, cobalah tanamkan pengertian itu dengan disertai penggunakan waktu secara efisien dan berkelanjutan.

Setiap orang sejak bangun tidur dipagi hari sampai menjelang tidur dimalam hari, dan bahkan tidurnyapun, membutuhkan anggaran atau biaya. Tidak ada seorangpun yang dapat hidup enak ditengah-tengah masyarakat dengan tanpa memerlukan anggaran. Pagi hari sewaktu mandi kita memerlukan handuk, sabun, pasta gigi, dan lain-lain, kesemuanya dari hasil membeli. Bahkan ada juga ditempat tertentu air saja harus dibeli dengan uang. Makan pagi-siang-malam, dan juga tambahan kebutuhan makan yang lain juga didapat dari hasil membeli. Pakaian sekolah yang bermacam-macam, pakaian harian- bermaian, pakaian bepergian, dan lain-lain kesemuanya dari hasil membeli. Perlengkapan/perhiasan yang dikenakan juga hasil membeli. Kebutuhan untuk tidur, dipan kasur, bantal guling, selimut, sampai obat nyamuk dari hasil membeli. Belum ditambah kebutuhan lain yang termasuk kebutuhan sekunder, atau bahkan diatas kebutuhan sekunder atau kebutuhan mewah, semuanya didapat dari hasil membeli. Tidak ada yang dating dengan sendiriny dan gratis begitu saja.

Cobalah beri pengertian pada diri anak tentang pengertian diatas. Jelaskan kemudian bahwa untuk saat ini semua itu tidak diketahui dan disadari oleh si anak. Karena semua kebutuhan sudah dicukupi oleh orang tua. Anak tinggal enak-enak menikmati segala fasilitas dan pemberian orangtua yang didasari pada perasaan cinta kasih orang tua terhadap anak. Selagi anak masih belum dewasa hal itu wajar, karena memang anak merupakan amanat yang harus dipelihara sampai si anak tersebut dewasa. Apalagi kalau orangtuanya termasuk orang berada atau berkecukupan. Bahkan lebih dari itu, setelah dewasapun selagi orangtuanya masih ada ( berumur panjang ) si anak tetap memerlukan bimbingan dari orangtua.

Dan selaku orang tua merasa dituntut untuk memberikan apa yang terbaik buat anak-anaknya. Tetapi kadang banyak anak yang tidak mau tahu terhadap segala bimbingan orangtuanya. Maka benar seperti bunyi ungkapan peribahasa yang mengatakan ” kasih ibu sepanjang jalan kasih anak sepanjang galah ” Artinya kasih dan hati orang tua itu selalu menyertai dimanapun anak itu berada, tetapi sebaliknya si anak jarang yang meluangkan waktu untuk balas memikirkan dan membantu kesulitan orangtuanya. Apalagi jika sudah berkeluarga. Seakan-akan terpisah dari kewajiban memelihara ( memikirkan ) orang tua.

Nah … bagaimana jika seandainya orangtua dalam keadaan cukup, atau bahkan kurang, … dan lebih lanjut lagi jika nanti orangtua sudah tidak bekerja lagi ( pensiun ) ..? dapatkah anak akan terus terjamin kehidupannya …. ?

Tentu saja tidak ! Si anak itu sendiri yang nantinya akan dan harus mencukupi kebutuhannya sendiri. Apalagi kalu nantinya sudah membentuk keluarga. Keluarga itulah yang nantinya harus berusaha mencukupi kebutuhan keluarga sendiri.

Beri pengertian terhadap anak bahwa kita senantiasa bersyukur karena dapat berkesempatan untuk diberi dan menikmati apa yang Allah SWT berikan kepada kita, yang menyebabkan kita bisa merasakan hidup enak seperti yang kita alami. Coba si anak kita ajak menengok kehidupan anak sisi lain yang kita jumpai di terminal, di pasar, di perempatan jalan, dan ditempat-tempat strategis tertentu. Betapa kita ikut merasakan kehidupannya yang penuh dengan liku-liku penderitaan. Mendapatkan sesuap nasi untuk menyambung nyawa mereka terpaksa harus meminta-minta mengemis dan mengamen. Hal ini bukan karena orangtua tidak memelihara dan merawatnya, tetapi karena orangtuanyapun juga mengalami kesulitan yang sama.

Nah kalau si anak sudah bisa menerima dan meresapi gambaran yang kita berikan kepadanya, maka baru kita sampaikan harapan dan keinginan kita sebagai orang tua terhadap anak, anatara lain :

1. Rajin belajar supaya tercapai cita-citanya
2. Berakhlaq dan bertaqwa kepada Allah SWT.
3. Berbakti kepada orangtua
4. Bermanfaat bagi sesamanya, nusa, bangsa, dan agama.
5. Mempunyai sifat dan sikap ksatria, serta mempunyai rasa tanggung jawab

Untuk menunjang keinginan dan harapan tersebut sebagai orang tua kita coba untuk sering memberikan pengertian kepada anak di setiap kesempatan, antara lain :

1. Pada waktu anak kita ajak makan diwarung/restoran biarkan anak tersebut makan sepuasnya dengan menu makanan sesuai dengan kesukaanya. Setelah selesai makan kita beri pengertian bahwa itu semua bisa kita nikmati karena bekerja dan mendapatkan uang. Sedangkan orang yang tidak bekerja tidak akan mendapat uang. Kalau kelak nanti ingin kebutuhan tercukupi, maka harus bekerja agar mendapatkan uang. Untuk mendapatkan uang yang halal maka harus bekerja yang halal pula. Supaya nantinya mendapatkan pekerjaan yang halal maka dari sekarang harus belajar yang rajin dan mempunyai cita-cita yang terpuji. Jangan lupa bahwa bimbingan tersebut kita sampaikan dengan didasari rasa keimanan dan ketaqwaan, yaitu berbuat dan berdo’a. Justru do’a itulah yang Insya Allah akan menuntun dan menerangi langkah-langkah kita.

2. Sediakan tempat belajar yang memadai, baik dari segi tempat maupun penerangan. Beri pengertian waktu untuk belajar paling tidak 2 jam setiap hari. Kalau perlu arahkan anak tersebut untuk membuat alokasi waktu, dan melakukan kegiatan/pekerjaan sehari-hari sesuai dengan alokasi waktu yang dibuatnya. Pengertian ini lebih baik lagi kalau kita lakukan sejak anak masuk usia sekolah. Sebab kebanyakan kebiasaan belajar inilah yang jarang dilakukan oleh anak kita walaupun anak kita sebagai pelajar. Dan kita sebagai orang tua juga jarang yang mengarahkan pada kebiasaan itu. Sehingga tidak mengherankan apabila anak rajin belajarnya hanya kalau akan menghadapi ulangan. Belajar secara rutin akan membuat si anak lebih cepat dan mudah mengerti dibandingkan dengan kalau belajarnya setiap akan menghadapi ulangan. Ingat akan ungkapan ” Ala bisa karena biasa ” , jadi pelajaran yang semula dianggap sukar kalau sering si anak tersebut mencari pemecahannya, maka lama-lama menjadi mudah. Apalagi kalau anak tidak segan-segan bertanya pada gurunya.

3. Jangan diberi tanggungjawab/beban pekerjaan dirumah yang berlebihan karena hal itu akan menyebabkan anak merasa lelah pada waktunya belajar. Tetapi juga jangan lantas kita biarkan dan tidak kita beri tanggung jawab pekerjaan dirumah sama sekali. Beri tanggung jawab pekerjaan yang ada unsur mendidik, misalnya : merapikan tempat tidur sendiri, mengemasi perlengkapan/perabot belajarnya sendiri, mengatur dan menata/membersihkan ruang belajarnya sendiri. Konsep ini kelak akan menuntun anak dapat memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri.

4. Jangan menyita waktu bermain anak sepanjang anak tersebut memang menggunakan waktu yang tepat untuk bermain. Tetapi sebaliknya jangan biarkan anak bermain tidak pada waktunya. Misalkan bukan waktu libur anak kita biarkan bermain sehingga mengabaikan waktu belajar.

5. Jangan mematikan kreasi anak dalam mengembangkan hoby dan bakatnya sepanjang hoby dan bakatnya positif. Misalnya anak gemar menyanyi, gemar bermain gitar, gemar bermain sepakbola, gemar bermain catur, gemar menggambar, dan lain-lain. Sebab kegemaran tersebut bagi anak merupakan hiburan tersendiri untuk mengiringi waktu luangnya. Sebab siapa tahu dari kegemarannya itu timbul bakat yang kelak akan dapat menopang/membantu langkah karier perjalanan kehidupannya.

6. Berikan pengertian dan bimbingan keagamaan sesuai dengan yang dianut. Bimbinglah untuk melaksanakan sholat lima waktu sesuai dengan syari’at Islam ( kebetulan penulis beragama Islam ) supaya hal itu menjadi kewajiban yang tidak dirasakan sebagai beban. Bahkan lebih baik lagi jika kita biasakan untuk menjalankan sholat sunnah, seperti tahajjut, hajat, dan disertai dengan tuntunan do’a-do’anya. Kewajiban/kebiasan ini akan menuntun/menumbuhkan, dan mempertebal rasa keimanan dan ketaqwaaan yang tinggi terhadap Allah SWT, dan Insya Allah didalam kehidupannya senantiasa mendapatkan hidayah, inayah, dan barokah dariNya

Itulah sekedar saran yang mudah-mudahan bermanfaat bagi kita semua, terutama orangtua yang berada dalam kesulitan bagaimana cara mendidik anak. Segala yang baik datangnya dari Allah SWT sedangkan yang tidak baik datangnya dari penulis pribadi. Karenanya jika ada kesalahan mohon untuk dimaafkan. Mudah-mudahan anak-anak kita senantiasa mendapat hidayah dan barokah dari Allah SWT, menjadi anak yang sholeh, berbakti pada orangtua, pada agama, pada nusa bangsa, dan bermanfaat bagi sesamanya. Amin.



Dipublikasi di Uncategorized | Meninggalkan komentar